Puncak acara peringatan Dies Natalis ke-29, Unika Soegijapranata Semarang, di isi dengan orasi ilmiah oleh Rudyanto Soesilo, dari fakultas Teknik, berlangsung di kampus setempat (8/8).
Dalam orasinya yang bertajuk Populisme kampus, Rudyanto berpendapat, sikap kritis pendidikan tinggi sebagai pengantar mengawali terbentuknya populisme kampus. Peserta didik difasilitasi untuk melakukan proses menjadi “manusia seutuhnya”, yang altruis kadang asketis, bahkan dalam suasana proses bembelajaran yang demokratis, student centered, extra kurikuler yang mendekat ke masyarakat, pengenalan nilai-nilai lain selain nilai dominan kapitalis. Wacana Postmodernisme, Green paradigm, stakeholder oriented, Good governance,
Koperasi sebagai salah satu sistem alternative, Kearifan lokal, Pasar tradisional, serta keberpihakan kepada masyarakat kecil yang tergusur, senantiasa didengungkan tanpa henti. Populisme merupakan upaya eksistensial, suatu pilihan di bawah baying-bayang kemenangan dan superioritas suatu sistem yang sedang berkuasa. Tanpa itu, pelan tapi pasti kampus akan terkooptasi, terperangkap oleh gurita sistem yang siap menelan segenap budaya akademis dan ruh perjuangannya.
“Kampus keberadaannya harus mampu mendekatkan diri pada masyarakat kecil dengan memiliki kedekatan konsep, persepsi dan idiologi”, kilah Rudyanto di akhir orasinya.
Menanggapi orasi tersebut, Rektor Unika Soegipranata Semarang, Budi Widianarko mengatakan, lembaga perguruan tinggi hendaknya terpanggil untuk hal-hal yang terkait dengan kepentingan masyarakat.
Sementara itu, Koordinator Kopertis Wilayah VI, Mustafid, dalam sambutannya memberikan apresiasi kepada Unika Soegijapranata atas prestasi yang di raih baik oleh dosen maupun mahasiswa, di kancah daerah, nasional, maupun internasional. Selain prestasi, Unika juga telah mampu membangun karakter dengan berakar pada budaya bangsa.
”Saya bangga dengan acara ini, kekenthalan akan nuansa kedaerahan sangat terasa, seting dekorasi sangat identik jawa tengah dengan latar belakang batik dan gunungan wayang. Sajian seni yang ditanpilkanpun mewakili budaya Indonesia, sehingga sesuai dengan tema yang di ambil”.
Rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-29 Unika Soegijapranata Semarang, diawali dengan kegiatan ilmiah seperti bedah naskah buku, lokakarya, pentas seni, aksi sosial (donor darah, pengobatan dan pasar murah), dan di akhiri dengan upacara dies.